Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan seperangkat tujuan berupa Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals atau SDGs) untuk mengatasi berbagai tantangan global dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
Sejak tahun 2016, Sustainable Development Goals(SDGs) telah menjadi isu sentral. Adapun, SDGs yang berisi 17 Tujuan dan 169 Target merupakan rencana aksi global untuk 15 tahun ke depan (berlaku sejak 2016 hingga 2030), guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
Sebagai informasi, SDGs tersebut berlaku untuk seluruh negara (universal), sehingga seluruh negara tanpa kecuali negara maju memiliki kewajiban moral untuk mencapai tujuan dan target SDGs.
Adapun sektor pertanian memiliki peran penting dalam mencapai beberapa tujuan SDGs. Seperti misalnya, investasi dalam pertanian organik dan praktik pertanian berkelanjutan membantu mengurangi kelaparan. Karena itu, sektor pertanian menjadi salah satu pilar utama penopang pembangunan ekonomi nasional.
Realitasnya, sektor pertanian bukan hanya sebagai penyedia bahan pangan bagi 273 juta penduduk Indonesia, tetapi juga penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan rumah tangga, terutama bagi warga yang tinggal di pedesaan.
Sebagai penopang pertumbuhan ekonomi nasional, sektor pertanian menyediakan bahan baku bagi industri manufaktur, aktivitas ekspor hasil pertanian dan turunannya serta pendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Tak hanya itu, sektor pertanian juga berperan sebagai katup pengaman ekonomi nasional pada saat terjadi krisis ekonomi.
Pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan pertanian akan lebih mudah jika pembangunan pertanian yang mempunyai semangat untuk maju dan dilaksanakan dengan prinsip kemandirian dan berorientasi modern.
Dalam implementasinya, pertanian maju, mandiri, dan modern merupakan penerapan konsep pembangunan pertanian Tinjauan Teoritis dan Empiris | 23 berkelanjutan (sustainable agricultural development). Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan, implementasi kebijakan, program, dan kegiatan selalu memperhatikan keselarasan antara aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Dimensi sosial memperhatikan hak dan kepentingan petani, termasuk:
(a) petani skala usaha kecil dan pelaku agribisnis untuk meningkatkan kesejahteraan;
(b) dimensi ekonomi berkaitan dengan peningkatan produktivitas dan profitabilitas serta resiliensi usaha pertanian dengan prinsip efisiensi dan daya saing;
(c) dimensi lingkungan terkait dengan pemanfaatan sumber daya yang menerapkan prinsip kelestarian lingkungan dan keberlanjutan sehingga dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya dengan kapasitas produksi yang lebih tinggi.
Adapun beberapa cara di mana sektor pertanian berkontribusi terhadap pencapaian SDGs:
SDG 1 – Tidak Ada Kemiskinan
Sektor pertanian memberikan mata pencaharian kepada sebagian besar penduduk miskin di dunia. Dengan memperkuat sektor pertanian, kita dapat mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat yang bergantung pada pertanian.
SDG 2 – Tanpa Kelaparan
Sektor pertanian adalah sumber pangan utama di dunia. Meningkatkan produktivitas dan ketahanan pangan dalam pertanian merupakan kunci untuk mengatasi kelaparan dan kekurangan gizi.
SDG 3 – Kesejahteraan dan Kesehatan yang Baik
Pertanian berkontribusi pada penyediaan pangan yang sehat dan bergizi. Produk pertanian yang sehat dapat membantu mengurangi masalah gizi buruk dan penyakit terkait makanan.
SDG 5 – Kesetaraan Gender
Di banyak negara, wanita berperan penting dalam sektor pertanian. Mempromosikan kesetaraan gender di sektor pertanian dapat membantu mencapai SDG ini.
SDG 6 – Air Bersih dan Sanitasi
Pertanian memerlukan air untuk irigasi dan pemeliharaan ternak. Pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan adalah kunci untuk mencapai SDG ini.
SDG 12 – Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab
Pertanian berperan dalam produksi bahan pangan dan komoditas. Meminimalkan limbah dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasokan pertanian dapat membantu mencapai tujuan berkelanjutan dalam produksi dan konsumsi.
SDG 13 – Tindakan Iklim
Pertanian memiliki dampak besar terhadap perubahan iklim, tetapi juga dapat menjadi bagian solusi. Praktik pertanian berkelanjutan dan pengurangan emisi dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim.
SDG 15 – Kehidupan di Darat
Pertanian adalah salah satu penyebab utama deforestasi dan degradasi lahan. Meningkatkan manajemen lahan dan hutan, serta mengurangi kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh pertanian, sangat penting untuk mencapai SDG ini.
Sementara itu, Dikutip dari hasil diskusi kuliah umum oleh Ir. Endah Murniningtyas., M.Sc,PhD yang mewakili Indonesia di the United Nations as Co-Chair of Independent Global Scientist/Expert (IGS) for Global Sustainable Development Report (GSDR) 2019 dengan tema “PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN SDGs TAHUN 2030” dikatakan bahwa sistem pertanian masih banyak ruang yang bisa dikembangkan diantaranya komoditas homogen dapat diolah menjadi komoditas heterogen, SDGs dapat tercapai apabila dilakukan secara komprehensif dan harus dilakukan oleh semua lini, pertanian berkelanjutan penting karena pertanian merupakan kontributor besar pada perubahan iklim dan perlu untuk mengembangkan nilai akhir usaha pertanian agar pertanian menjadi maju dan berkembang menjadi pertanian milenial.
Kemudian, ini pun penting untuk diingat bahwa sektor pertanian harus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan iklim, mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan agar sesuai dengan tujuan SDGs secara keseluruhan.
Seiring dengan tujuan-tujuan lainnya, pencapaian SDGs memerlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil di Indonesia dan seluruh dunia.(ra)